KETUK HATI; LIHAT APA YANG ADA DI DALAMNYA



Karya: Belle



PROLOG SI HATI



Adakalanya, perasaan tumbuh menjadi absurd.
Ketika diripun tak dapat mencari pertanyaan untuk dijawab.
Semua terlihat tidak jelas.
Ya, ketidakjelasan yang tersamarkan.
Apakah ia jatuh hati? Pada siapa gerangan?

Rumit!

Perhatikan bagaimana nanti ia memperkenalkan pertanyaan itu.
Dan dengarkan bagaimana nanti ia menjawab tanya yang selama ini sulit disibakkan kebenarannya.
Adakah rasa itu menggelayut selaksa embun yang tak ingin melebur hilang bersama tanah?

Jika ternyata jawaban itu tertuju pada satu sosok yang sombong, bagai kabut yang tak ingin disebut dirinya kelam, akankah hati tetap merinduinya?
Akankah hati tetap meradang pilu bagai ‘kan hancur memendam rasa?



NYANYIAN SI PENGAGUM


Dia salah satu keindahan.
Laksana hujan yang menenangkan karena aromanya.
Laksana senja yang memukau lewat warna jingganya.
Laksana bintang yang membentuk ribuan formasi di langit malam.

Dia begitu mengagumkan.
Bagai matahari yang selalu menjanjikan hari baru.
Bagai pelabuhan yang menjadi tujuan tuk kembali pulang.
Bagai potret alam yang membungkus jutaan pesan tersirat.



KABUT


Bisakah hujan yang turun menyemai sebuah cerita dapat kembali pada awan?
Bisakah embun yang luruh pada tanah dapat kembali menjuntai indah di ujung daun?
Bisakah gelas kaca yang sudah terlanjur pecah dapat menyatu kembali seperti sedia kala?

Sayangnya, sebelum langit menampilkan kelabunya tanda hujan kan tiba.
Sebelum fajar menggoreskan lukisannya menyambut sang surya keluar dari tempat bermalam.
Bahkan sebelum seorang manusia sempat menyentuh gelas kaca itu.

Berlindung adalah pilihan tepat.
Terpejam adalah jalan terbaik.
Dan tak ingin minum adalah keputusan tak terbantahkan.



ABSURD


Apa?
Tak berhak memercik titik api bila belum mulai tuk adakan koreknya.
Bahkan sangat tidak berhak melempar sengit atas si anak jago merah yang belum diniatkan berkobar.

Apa?
Pantaskah itu?
Huh, urusan ini memang selalu rumit!
Tak bisakah kupaksa bunuh?
Hingga tiada lagi parasite penghancur kinerja otak.



KECINTAAN TERHADAP KEINDAHAN


Aku memandangnya selaksa menyaksikan kemegahan surya di ufuk timur.
Hangat.
Aku mendengar irama nadinya selaksa hening malam yang begitu khidmat.
Syahdu.
Aku menanti hadirnya selaksa pantai yang merindukan senja.
Merekah.
Aku memikirkannya bagai matahari yang menghitung masa bersua dengan gerhana.
Rindu.
Aku melukiskannya bersama bingkai samudera dalam kacahati.
Tak pernah salah.

Dia bagai alam.
Apa adanya dan tak pernah berpura-pura.
Dia adalah karya agung Sang Pencipta.
Sederhana, tak pernah dusta.

Dan aku jatuh hati.



Rabu, 30 Maret 2016


AKU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermain Hujan

Tentang Musim Gugur Yang Telah Lama Dinanti