Jejak untuk Senja

Teruntuk si penyuka hujan,

Lihatlah!
Bahkan rintik rindu yang menghujam wajahnya seakan bagai sapaan hangat paling menentramkan. Bukan untuk siapapun, hanya bagi si penyuka hujan.

"Apa yang bisa kau ambil dari air yang hanya membuat seorang anak kecil jatuh sakit?"

Setidaknya hujan mengajarkanku bagaimana caranya melepaskan. Lewat awan yang tak pernah membiarkan dirinya terbelenggu dalam harap yang berakhirkan kata kecewa. Jika pun ia tak bisa memiliki uap air yang bergemuruh dalam dirinya, maka hanya satu. Lepaskan. Tanpa sedikit pun rasa menyesal atau sakit hati.

Begitulah hidup. Selama kita bisa mengendalikan diri dan memantapkan hati, jangankan hanya seonggok batu yang menghalangi langkah, tertimpa reruntuhan bumi pun kita tetap akan sanggup menghadapi, bahkan dengan santai terus melanjutkan permainan waktu yang tak pernah berhenti untuk menarik napas. Bahwa hidup terlalu berharga jika hanya untuk diratapi dengan penuh kesesakan. Tak dapat menerima takdir yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Bukan begitu.

Memang tidak mudah. Tetapi setidaknya menguatkan pikiran agar tidak bermuram durja atas segala duka, kekecewaan, atau kawan lainnya itu perlu. Biarkan diri menikmati indahnya Senin "sibuk", Selasa "lelah", atau bahkan malam Minggu yang selalu dikaitkan dengan kata "sendiri".

Jejak untuk senja. Bersama hujan yang kian deras mengguyur semesta di kaki langit.
Hanya ini pesan untuk si penyuka hujan, tidak, lebih tepatnya dari si penyuka hujan. Dan semoga ini bisa menjadi obat atas kegelisahan hati yang meradang tanpa alasan, atau mungkin memiliki alasannya.

Belajar dari hujan. Melepaskan.
Belajar dari hujan. Tidak terlalu mengikat harap pada diri.
Belajar dari hujan. Menyisakan jejak  bertuan.
Belajar dari hujan. Sederhana.
Belajar dari hujan. Penuh kenangan.
Belajar dari hujan. (Ada yang bisa menambahkan?)


Rabu, 20 Januari 2016
salam,

Si Perindu Hujan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermain Hujan

Tentang Musim Gugur Yang Telah Lama Dinanti